Inilah Kumpulan Kisah Karomah Sunan Kudus (Ja'far Shodiq) Walisongo

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.

Nama lengkapnya adalah nama Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan. Beliau lahir pada 9 September 1400M/ 808 Hijriah.

Berikut ini adalah kumpulan Kisah Karomah yang telah dimiliki oleh Sunan Kudus (Ja'far Shodiq) :

MENYEMBUHKAN WABAH PENYAKIT DI MAKKAH


Ketika beliau pergi ke Mekkah sekaligus menunaikan ibadah haji, kebetulan di Mekkah sedang terjadi wabah penyakit yang sulit untuk disembuhkan. sang Amir menjanjikan bagi siapa saja yang berhasil melenyapkan penyakit tersebut dari kota Mekkah, maka orang tersebut akan diberi hadiah harta yang tak ternilai jumlahnya.

Sudah banyak ulama yang datang mencoba untuk menyingkirkan penyakit tersebut dari kota Mekkah. Namun…. belum juga ada yang berhasil melakukannya. Suatu hari, Sunan Kudus datang menghadap penguasa / amir namun kedatangannya disambut sinis oleh penguasa.

“Dengan apa kau akan menyebuhkan penyakit di negeri ini?” kata sang Amir.

“Dengan do’a” jawab Sunan Kudus.

“Kalau hanya dengan doa, kami sudah puluhan kali melakukannya. DI tanah Arab ini banyak sekali para ulama dan Syeikh ternama, tapi mereka tak pernah berhasil mengusir wabah ini,” jelas sang Amir.

“Saya mengerti, memang tanah Arab ini gudangnya para ulama. Tapi jangan lupa ada saja kekurangannya sehingga do’a mereka tidak terkabulkan,” ujar Sunan Kudus.

“Hmmm..sungguh berani Tuan berkata demikian,” kata sang Amir dengan nada berang.

“Apa kekurangan mereka,” tanya sang Amir.

“Anda sendiri yang menyebabkannya,” kata Sunan Kudus dengan tenangnya.

“Anda telah menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak ikhlas. Mereka berdoa hanya karena mengharap hadiah bisa jadi,” jelas Sunan Kudus lebih lanjut.

Sang Amir pun terbungkam seribu bahasa dengan jawaban yang diberikan oleh Sunan Kudus.

Akhirnya Sunan Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya.

Kesempatan itu tidak disia-siakan. Secara khusus Sunan Kudus berdoa dan membaca beberapa amalan. Dalam tempo singkat, wabah penyakit yang menyerang negeri Arab telah menyingkir. Bahkan beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.

Bukan main senangnya hati sang Amir. Rasa kagum mulai menjalar di hatinya. Hadiah yang dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Sunan Kudus, namun Sunan Kudus menolaknya dengan halus sekali. Sunan Kudus hanya meminta sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. Sang Amir pun mengijinkannya. Batu itu pun dibawa ke Tanah Jawa, dipasang di pengimaman Masjid Kudus yang didirikannya sekembali dari Tanah Suci.

Rakyat Kota Kudus pada waktu itu masih banyak yang bergama Hindu dan Budha. Para wali mengadakan sidang untuk menentukan siapakah yang pantas berdakwah di Kota Kudus. Pada akhirnya, Sunan Kudus lah yang terpilih untuk bertugas dakwah di daerah itu.

MENJADI PANGLIMA PERANG YANG TANGGUH

Pada waktu Sunan Kudus / ja’far shodiq sebagai senopati kerajaan demak bintoro, mampu membuktikan kehebatannya yang tak kalah dengan kepiawaian ayahnya di medan perang. Ia berhasil mengembangkan wilayah kerajaan demak ke arah timur hingga mencapai madura, dan arah barat hingga cirebon.

Kemudian sukses ini memunculkan cerita kesaktiannya. Misalnya, sebelum perang, Ja’far shodiq diberi badong, semacam rompi, oleh sunan gunung jati. Badong itu dibawanya berkeliling arena perang.

Dari badong sakti itu, keluarlah jutaan tikus yang juga sakti. Kalau dipukul maka tikus itu tidak mati, namun mereka semakin mengamuk sejadi-jadinya. Pasukan majapahit ketakutan sehingga mereka lari tunggang langgang.

Ja’far shodiq  mempunyai sebuah peti, yang bisa mengeluarkan jutaan tawon. Banyak prajurit majapahit yang tewas disengat tawon itu. Pada akhirnya, pemimpin pasukan majapahit, yaitu adipati terung menyerah pada pasukan ja’far shodiq.

Kesuksesannya mengalahkan majaphit membuat posisi Ja’far shodiq semakin kuat. Kemudian ia meninggalkan demak karena ingin hidup merdeka dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama islam. Lalu, ia pergi menuju ke kudus.

Awalnya, ja’far shodiq hidup di tengah jamaah dalam kelompok kecil di tajug. Jamaah itu merupakan para santri yang dibawanya dari demak. Sebenarnya mereka adalah tentara yang ikut bersama ja’far shodiq memerangi majapahit. Setelah jamaahnya semakin banyak ia kemudian membangun masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyabaran agama. Tempat ibadah yang diyakini dibangun oleh Ja’far shodiq adalah masjid menara kudus yang masih berdiri hingga kini. Masjid ini didirikan pada 956 H yang bertepatan dengan 1549 M.

Kota Tajug pun mendapat nama baru, yakni Quds, yang kemudian berubah menjadi kudus. Kemudian pada akhirnya ja’far shodiq sendiri dikenal dengan sebutan sunan Kuuds.

MENYEBARKAN ISLAM DENGAN "TUTWURI HANDAYANI"

Dalam menyebarkan agama islam, sunan kudus mengikuti gaya sunan kalijaga, yakni menggunakan model “tutwuri handayani”. Artinya, sunan kudus tidak melakukan perlawanan keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi sedikit. Sebab, ia memang banyak berguru pada sunan kalijaga .

Cara berdakwah sunan kudus pun yang meniru cara yang dilakukan sunan kalijaga, yaitu menoleransi budaya setempat, bahkan cara penyampaiannya lebih halus. Itu sebabnya para wali menunjuk dirinya untuk berdakwah di kota kudus.

Ketika itu, masyarakat kudus masih banyak yang menganut agama Hindu. Maka, sunan kudus berusaha memadukan kebiasaan merelakan ke dalam syariat islam secara halus. Misalnya, ia justru menyembelih kerbau bukan sapi ketika hari raya idul qurban. Itu merupakan dari penghormatan sunan kudus kepada para pengikut Hindu. Sebab, ajaran agama hindu memerintahkan untuk menghormati sapi.

Setelah berhasil menarik umat hindu memeluk agama islam, sunan kudus bermaksud menjaring umat budha untuk memeluk islam juga. Ia memiliki cara yang cukup unik untuk menarik perhatian mereka. Setelah sunan kudus mendirikan masjid, ia membuat padasan (tempat berwudhu), dengan pancuran berjumlah delapan. Masing-masing pancuran diberi arca di atasnya.

Mengapa sunan kudus melakukan ini? Ternyata, sunan kudus ingin menarik simpati umat Buddha karena dalam ajaran budha terdapat delapan ajaran yang dinamakan asta sanghika marga. Isi ajaran tersebut adalah seseorang harus memiliki pengetahuan yang benar, mengambil keputusan yang benar, berkata yang benar, bertindak atau berbuat yang benar, hidup dengan cara yang benar, bekerja dengan benar, beribadah dengan benar dan menghayati agama dengan benar.

Akhirnya, usaha itu pun membuahkan hasil, sehingga banyak orang yang bergama budha berbondong-bondong memeluk islam. Demikian pula dalam hal adapt istiadat, ia tidak langsung menentang masyarakat yang melenceng dari ajaran islam secara keras. Sebagai contoh, masyarakat sering menambur bunga di perempatan jalan, mengirim sesajen di kuburan dan adapt lain yang melenceng dari ajaran islam. Sunan kudus tidak langsung menentang adat itu, tetapi ia mengarahkannnya sesuai ajaran islam dengan pelan-pelan.

Misalnya, sunan kudus mengarahkan agar sesajen yang berupa makanan diberikan kepada orang yang kelaparan. Ia juga mengajarkan bahwa meminta permohonan bukan kepada ruh, tetapi kepada Allah SWT

Dengan cara yang simpatik tersebut membuat para penganut agama lain bersedia mendengarkan ceramah agama islam dari sunan kudus. Surat Al Baqarah yang dalam bahasa arab berarti sapi, sering dibacakan oleh Sunan Kudus untuk lebih memikat pendengar yang beragama Hindu. Bahkan membangun masjid kudus dengan tidak meninggalkan unsure aristektur Hindu. Sebab , bentuk menaranya tetap menyisakan arsitektur gaya hindu.

Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.

Wallohua'lam Bisshowab

Itulah sedikit gambaran mengenai Karomah Sunan Kudus, semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Inilah Kumpulan Kisah Karomah Sunan Kudus (Ja'far Shodiq) Walisongo"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel