Kisah Wafatnya Nabi Nuh As setelah Banjir Air Bah

Wahab bin Manbah berkata “Nabi Nuh as, hidup selama 200 tahun setelah terjadinya badai taufan. Dan beliau telah berhaji setelah turun dari kapalnya”. Wahab bin Manbah berkata “Nabi Nuh as, diutus oleh Allah  untuk menyeru menyembah Allah  dan diangkat sebagai nabi dan Rasul saat beliau berusia 250 tahun.

Kuwaluhan.com

Dan beliau dikaruniai umur yang panjang hingga beliau hidup selama 950 (sembilan ratus lima puluh) tahun lamanya. Ketika ajal sudah mendekati nabi Nuh, datanglah malaikat maut dan mengucapkan salam kepadanya

“Assalamu’alaikum ya Nabi ِِAlloh,”

nabi Nuh menjawab “Wa’alaika salam, kamu siapa? Kenapa kedatangan-mu membuat hatiku ketakutan setelah mendengar salam darimu?” tanya nabi Nuh.

Maka malaikat maut menjawab:

"Saya adalah malaikat pencabut nyawa, saya datang kepadamu untuk mencabut rohmu."

Ketika nabi Nuh mendengar ucapan malaikat, lalu berubah menjadi terkejut.

Malaikat bertanya:

"Apa yang kamu susahkan, wahai Nuh? Apakah kamu masih kurang hidup di dunia ini? Apakah kamu yang manusia tertua panjang?"

Maka nabi Nuh menjawab:

“Saya menemukan dunia ini adalah seperti rumah yang memiliki dua pintu, satu pintu untuk masuk dan satu lagi untuk keluar.”

Maka malaikat maut memberikan nabi Nuh satu gelas minuman dari surga seraya mengatakan:

“Minumlah isi yang ada di dalam gelas ini bisa tenang dan tidak ketakutan lagi.

Maka Nabi nuh mengambil gelas itu dan kemudian meminumnya.

Ketika nabi Nuh meminumnya, jatuhlah ia dan meninggallah ia seketika itu juga.

Ketika nabi Nuh meninggal maka anak-anak Beliau merawatnya, memandikan, mengkafani, menshalati serta menguburkannya di dekat tanah turki dan mengatakan bahwa didekat kuburan nabi Nuh terdapat udara yang mengalir. Wafatnya Nabi Nuh

KEJADIAN SEBELIM NABI NUH WAFAT

Imam al-Kasa’i (الكسائى) berkata “Nabi Nuh As, tinggal dibumi dan membaginya menjadi 3 bagian, dan diberikan kepada ke tiga anaknya, yaitu (1)Ham (حام) (2)Syam (شام) (3)Yafits (يافث). Adapun Sam bin Nuh, tinggal di daerah Mahghrib (Maroko, Afrika).

Banyak dari keturunan Sam ini menyebar sampai ke daerah Romawi, Persia, Hijaz, Yaman, Iraq, Arab dan sekitarnya. Dari garis sam inilah banyak keturunan para nabi dan rasul serta orang-orang beriman diseluruh dunia. Karena diwajah Sam terdapat nur nubuwah (cahaya kenabian) warisan dari ayahnya, Nabi Nuh.

Adapun Ham bin Nuh menetap bagian utara yang meliputi daerah Zanji, Hambsyah (Abessinia). dari garis keturunan ini lahir beberapa tokoh yang membantu perjuangan para nabi dan rasul di muka bumi. Sedangkan Yafits bin Nuh tinggal di bagian barat, dari garis ini lahir beberapa keturunan dari golongan orang-orang musyrik, diantaranya adalah golongan Tar-Tar, Ya’juj Ma’juj dan bani Turki.

Kemudian Allah mewahyukan kepada kepada nabi Nuh untuk menguburkan jasad nabi Adam as, beserta istrinya Hawa ditempat semula dan meletakkan kembali Hajar Aswad ditempat semula. Kemudian nabi Nuh berjalan mengelilingi bumi untuk melihat keadaan bumi setelah usai bencana badai taufan”.

Ka’ab bin Manbah berkata “setelah merasa usia nabi Nuh menua dan sudah dekat dengan ajalnya, beliau memanggil seluruhputra-putranya untuk berwasiat dan mendoakan mereka dan keturunannya. Beliau naik diatas bukit yang tinggi seraya memanggil-manggil putra-putranya.

Yang pertama-tama menghadiri panggilan ayahnya adalah Sam. Sam duduk didepan nabi Nuh dan meletakkan kedua tangannya dikepalanya seraya berdoa “Ya Allah, berkahilah sam dan keturunannya, dan anugerahkanlah nur nubuwah (cahaya kenabian) didahinya, jadikanlah ia dan keturunannya sebagai raja-raja diseluruh dunia, jadikanlah mereka sebagai nabi-nabi dan orang-orang yang shalih.

Kemudian nabi Nuh memanggil putra kedua, Ham. Namun ham tidak menghadiri panggilan ayahnya, namun yang datang malah cucu nabi Nuh dari keturunan Ham. Maka nabi Nuh mendoakan cucunya itu dengan doa seperti ini “Ya Allah, Jadikanlah Ham dan keturunannya sebagai orang yang hina, dengan wajah yang menghitam. Dan jadikanlah mereka budak-budak dan pembantu bagi keturunan Sam.”

Dikatakan; putra  Ham (حام) yang bernama Mishrayam (مصريم), ketika mendengar doa kakeknya, dengan segera ia sowan mendatangi kakeknya dan berkata ”Duhai kakek, aku mengamini doa-doamu kepada ayahku yang tidak mau memenuhi panggilanmu.” Kemudian nabi Nuh meletakkan kedua tangannya dan mendoaakan cucunya Mishrayam dengan doa yang baik “Ya Allah, ’Seperti doa-doaku yang telah Engkau kabulkan, maka berkahilah cucuku dan keturunannya ini.

Dan tempatkanlah mereka di bumi yang penuh dengan berkah-Mu, dimana tempat itu merupakan pusat kota/negara, dimana kota itu terdapat sungai (Nil) yang terbaik dimuka bumi ini.

Demikianlah doa nabi Nuh kepada cucunya Mishrayam, sehingga ia dan keturunannya tinggal di kota Mesir didekat sungai Nil, dan keturunan ini kelak disebut sebagai bangsa Qibthi (قبط).

Kemudian nabi Nuh mendoakan putranya yang ketiga yakni Yafits, namun Yafits tidak menghiraukan panggilan ayahnya itu. Kemudian Nabi Nuh mendoakan Yafits dan keturunannya dengan doa sebagai berikut “Ya Allah, jadikanlah ia (Yafits) dan keturunannya seburuk-buruknya makhluk.” Maka dengan doa nabi Nuh inilah, lahir keturunan bangsa Ya’juj-Ma’juj dan bangsa Tar-Tar.

Setelah nabi Nuh berdoa kepada putranya Yafits, maka seketika itu hamillah ia dengan sendirinya dan akhirnya ia melahirkan dua orang bayi laki-laki dan perempuan. Setelah melihat kedua anaknya yang baru lahir itu, Yafits mengingkari bahwa itu adalah anaknya, karena mereka memiliki wajah yang sangat hitam dan sangat menyeramkan.

Istri Yafits berkata “ini adalah keturunanmu melalui doa ayahmu nabi Nuh, lantaran engkau tidak mau menghadiri undangannya dan membuat kakek Nuh murka padamu.” Setelah mendengar jawaban dari istrinya, Yafits melarikan diri dari rumah, karena merasa malu memiliki keturunan yang sangat jelek sekali.

Setelah anak-anak itu dewasa, mereka berdua keluar dari rumah orang tuanya, hingga mereka berhenti ditepian sungai Nil dan tidak bisa meneruskan perjalanannya karena terhalang lebarnya sungai Nil. Akhirnya salah satu dari mereka melompati saudarinya dan dengan izin Allah, maka hamillah saudarinya itu dan melahirkan dua orang anak laki-laki dan perempuan yang berwajah hitam semua.

Dari kedua anak inilah mereka saling mengawini antar saudaranya dan berhasil menjadi kelompok besar yang akhirnya disebut sebagai orang-orang Sudan yang artinya “Orang-orang yang hitam” hingga kini. Menurut Imam Kasa’i, desa dimana tempat mereka berkumpul disebut desa Naubah.

Adapun Yafits putra Nabi Nuh yang ke-3 yang melarikan diri dari keluarganya menuju wilayah barat, menikah lagi dan memiliki 5 (lima) anak, mereka adalah (1)Jauhar (جوهر), memiliki keturunan dari bangsa Shabqalibah (سبقالبة) dan bangsa Rum (2)Batrus (بتروس), memiliki keturunan yang dikenal dengan Bani Turki dan bani Kazar (3)Mayasyikh (مياشيخ), memiliki keturunan dari bani ‘Ajam (orang-orang asing) (4)Sannaf(سناف), memiliki keturunan Ya’juj-Ma’juj. Sedangkan (5)Saqwil  (سقويل), memiliki keturunan dari bani Arman.”

Adapun Sam bin Nuh putra pertama memiliki 5 (lima) anak, yaitu :


  • Arfakhisydza (أرفحشذ), dari garis keturunan inilah lahir beberapa Nabi dan orang-orang Salih.
  •  ‘Arab (العرب) bin Sam bin Nuh memiliki keturunan yang tinggal di tanah Arab, hingga sampai pada Mudhor (مضار)(kaum Qurays Makkah) leluhur nabi Muhammad  dan kabilah-kabilah lain yang ada di  Yaman,
  •  Hasyim (حاشيم) yang kemudian dikenal dengan sebutan bani Nasanis (النسانيس)mereka ini memiliki mata satu dan telinganya juga satu, dan kemudian hari mereka disebut sebagai bani Imalaqoh(العمالقة) dan bani Imadiyah (العمادية).
  • Irom (إرام) keturunan Sam bin Nuh dikenal sebagai kaum ‘Aad (عاد) dan kaum Tsamud.
  • Syamlikha (شمليخا) termasuk keturunan Sam, namun ia tidak memiliki keturunan, karena istrinya mandul.


Imam Tsa’labi berkata “Sam bin Nuh (putra kedua) hidup selama 600 tahun, sepanjang hidupnya ia menjalaninya dengan penuh penderitaan hinga meninggal dunia. Dalam doa nabi Nuh, Sam tidak akan mati sebelum ia sendiri yang memintanya kepada Allah ﷻ. Setelah sekian lamanya hidup dalam penderitaan, dan seluruh badannya sudah tidak dapat lagi digerakan, tibalah ajalnya dan ia dimakamkan di kota Nuwa (نوى) di daerah Hauran (حوران)”.

Wallohua'lam Bisshowab

Belum ada Komentar untuk "Kisah Wafatnya Nabi Nuh As setelah Banjir Air Bah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel