Kisah Kekalahan dan Kematian Sengkuni paling Tragis pada Perang Baratayudha


Sengkuni adalah penyebab terjadinya Perang Besar antara Pandawa Lima dengan Kurawa.

Setelah gugurnya Prabu Salya di medan Kurusetra, kini ganti  Patih Sengkuni dengan kereta perangnya  memasuki Medan Kurusetra,  menuju  pertahanan Pandawa.  Ternyata Patih Sengkuni betul betul mahir dalam memainkan segala senjata, dari panah, pedang, juga gada.

Patih Sengkuni dikala mudanya, satria dari Gandara, bernama Sri Gantalpati, seorang pemuda yang tampan dan sakti pula. Ia mengikuti Sayembara memperebutkan Dewi Kunti di kerajaan Mandura. Namun gagal, ia dikalahkan oleh Pandu.

Berkali kali senjata senjata Pandawa mengenai tubuh Sengkuni namun, tidak satupun bisa melukai Sengkuni. Bahkan Sengkuni melepaskan berbagai panah ke arah Arjuna dan  Patih Sengkuni berhasil mematahkan serangan panah Arjuna.

Werkudara mencegat kereta perang Sengkuni. Werkudara memaksa Sengkuni turun dari Kereta perang   Sengkuni pun turun. Terjadi perkelahian antara Werkudara dan Sengkuni Berkali-kali Werkudara memukul tubuh Sengkuni dengan Gada Rujakpolo. Namun Sengkuni hanya ketawa-ketawa, ia tidak merasakan kesakitan.

Werkudara terus memukul Sengkuni dari kepala, dada, perut, sampai paha,betis dan telapak kaki, namun kelihatannya tidak merasakan apa apa Werkudara tidak patah semangat. Gada Rujakpolo ditinggalkan, Werkudara maju menghadapi Sengkuni, terjadilah perkelahian, berkali-kali Werkudara menangkap Sengkuni, namun kulit Sengkuni licin bagaikan  belut, sehingga selalu lepas.

Werkudara terus melawan Sengkuni. Werkudara, teringat masa  lalu, kejadian Bale Sigolo golo, yang  hampir membawa korban para Pendawa, itu karena perbuatan Sengkuni.

Perang dadu, itu ide Sengkuni yan mencurangi Pandawa, hingga Pandawa sengsara 13 tahun di hutan. Sedangkan Sengkuni merasa kecewa ketemu Prabu Pandu di Mandura, waktu sayembara memperebutkan Dewi Kunti, Sengkuni menyerahkan  Dewi Gendari, kakaknya pada Pandu, dengan harapan agar kakaknya  bisa berbahagia bersama Pandu. tetapi ternyata kakaknya  di berikan pada Drestarastra.

Andaikata Dewi Gendari tidak diberikan pada Drestarastra, Kurawa itu menjadi anak Pandu. Sehingga Pandu akan memiliki 105 anak. Pastilah Astina sangat kuat. Dan tidak ada perang Barata Yudha. Semua ini gara-gara Pandu. Maka Sengkuni ingin membunuh anak-anak Pandu, yang telah membikin sengsara.

Werkudara capek menghadapi Sengkuni. Tiba-tiba Werkudara ingat, bahwa kulit Sengkuni amat licin, dan peluhnya berbau minyak tolo (sejenis minyak tanah), pasti ada hubungannya waktu Kurawa dan Pendawa masih kecil bermain di sumur tua menemukan cupu minyak tolo milik kakek Abiyasa yang berisi minyak kesaktian. Yang akhirnya minyak tersebut diambil Sengkuni dan dilumurkan keseluruh tubuhnya.

Werkudara langsung meraih leher Sengkuni, lalu dihimpitnya dengan lengannya kuat kuat, sehingga lehernya tercekik, dan mulutnya pun membuka lebar kehabisan napas.

Werkudara memasukkan  kuku Pancanaka kedalam mulut Sengkuni karena Sengkuni tidak meminum minyak tolo,maka dengan mudah   dirobek robeknya sampai kedalam leher dan menembus ke jantungnya. Namun Sengkuni masih hidup. Ia mengerang kesakitan. Werkudara menjadi ngeri dan ketakutan. Walaupun sudah luka berat, Sengkuni tidak mati mati.

Prabu Kresna meminta Werkudara bisa menyempurnakan kematiannya. Werkudara akhirnya mengerti
keadaan ini dikarenakan kesaktian Lengo tolo yang dioleskan kesekujur tubuh Sengkuni. Setelah terkelupas kulitnya, akhirnya Sengkuni pun Gugur.

Dalam kisah lain Perang Baratayudha dikisahkan bahwa Sadewalah yang pertama kali melawan Sengkuni.
Dan Sadewa akhirnya berhasil mengalahkannya.

Di tengah-tengah pertempuran tersebut, Bima meminta Sadewa agar ia diperkenankan untuk melanjutkan pergulatannya dengan Sangkuni. Ya, tentu saja bukan lawan yang sepadan. Sangkuni pun langsung tak berkutik.


Di tengah ketidakberdayaannya inilah Bima menyobek mulut Sangkuni selebar-lebarnya hingga ke ujung telinganya.

Ada juga sebuah versi cerita menyebutkan, Bima juga menguliti Sangkuni dan dibiarkan sekarat. Ia baru mati ketika tubuhnya disandingkan dengan Duryudana yang sama-sama sekarat. Kalau di versi terakhir berarti ia sekarat sehari lebih.

Dari tokoh jahat hanya Dursasana, Sangkuni, dan Aswatama (anak Dorna) yang paling tragis kematiannya pada perang Baratayudha.

Belum ada Komentar untuk "Kisah Kekalahan dan Kematian Sengkuni paling Tragis pada Perang Baratayudha"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel