Kisah Asal usul Terbentuknya Sungai Bengawan Solo, Pulau Jawa

Aliran Bengawan Solo masa kini terbentuk kira-kira empat juta tahun yang lalu. Sebelumnya terdapat aliran sungai yang mengalir ke selatan, diduga dari hulu yang sama dengan sungai yang sekarang.


Karena proses pengangkatan geologis akibat desakan lempeng Indo-Australia yang mendesak daratan Jawa, aliran sungai itu beralih ke utara. Pantai Sadeng di bagian tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai "muara" Bengawan Solo Purba.

DAERAH HULU

Daerah ini mayoritas meliputi daerah Hulu Kali Tenggar, Hulu Kali Muning, Hulu Waduk Gajah Mungkur serta sebagian Kabupaten Wonogiri dengan penampang sungai yang berbentuk V. Vegetasi pada daerah ini didominasi oleh tumbuhan akasia. Aktivitas yang banyak dilakukan di dareah ini adalah pertanian, seperti padi dan kacang tanah.

Dinding sungai pada daerah ini rata-rata bertebing curam dan tinggi. Karena banyak digunakan untuk pertanian, daerah sekitar sungai pada bagian ini banyak mengalami erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi.

DAERAH TENGAH

Daerah ini mayoritas meliputi daerah Hilir Waduk Gajah Mungkur, sebagian Kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Solo, Sragen, sebagian Kabupaten Ngawi dan sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun(Bengawan Madiun).

Selain itu daerah ini merupakan daerah yang padat penduduk. Pada umumnya kegiatan ekonomi di daerah bagian sungai ini lebih tinggi daripada bagian hulu dan hilir, dan didominasi oleh kegiatan industri.

Akibatnya, banyak limbah yang masuk ke sungai dan mencemari vegetasi di daerah ini. Aktivitas masyarakat yang paling menonjol di daerah ini adalah pertanian, pemanfaatan air sebagai kebutuhan sehari-hari, peternakan dan industri.

Delta Sungai Bengawan Solo berada di daerah Sedayu wilayah kabupaten Gresik. Pada Delta ini sengaja dibuat kanal oleh manusia, tepatnya sejak zaman Hindia Belanda. Delta Bengawan Solo ini menghasilkan sedimentasi sebanyak 17 juta ton lumpur per tahun. Delta Pangkah merupakan hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir.

Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Endapan dibawa oleh aliran Bengawan Solo dari ujung hingga hilir. Delta buatan yang merupakan hasil rekayasa yang berada di sebelah utara kota Gresik.

Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Delta tersebut bernama Delta Pangkah karena berada di wilayah administratif Desa Ujung Pangkah.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan DAS terbesar dan aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. DAS Begawan Solo memiliki karakteristik topografi yang relatif datar dan sebagian besar berada di daerah dataran rendah sehingga terbentuk aliran sungai yang berkelok-kelok (meander).

Aliran meander Sungai Bengawan Solo ini merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar terhadap tinggalan paleoantropologi dan arkeologi. Bentukan teras dikanan kiri sungai inilah yang banyak mengandung sisa-sisa fauna purba, artefak, serta tulang dan specimen Homo erectus. Tinggalan tersebut terendapkan bersama dengan deposisi teras sungainya.

Berdasarkan hasil penelitian kehidupan manusia purba yang sebelumnya, wilayah yang teridentifikasi teras purba Bengawan Solo memiliki riwayat penemuan yang menakjubkan. Banyak fosil-fosil yang ditemukan diwilayah sepanjang teras Sungai Bengawan Solo ini. Seperti penemuan tengkorak dan tulang Homo erectus serta penemuan rangka utuh gajah purba.

Wilayah-wilayah penemuan tersebut antara lain Sangiran, Sambungmacan, Cemeng, Trinil, Selopuro, dan Ngandong. Penemuan fosil tengkorak di wilayah Sambungmacan, Trinil dan Ngandong merupakan salah satu bukti peradaban manusia di wilayah aliran sungai.

Pertanggalan dari temuan-temuan yang didapatkan menunjukan bahwa Homo erectus yang mendiami wilayah ini lebih muda (Progresif) dibandingkan dengan Homo erectus yang tinggal di Sangiran (Arkaik dan Tipik). Bukti tersebut menunjukan adanya pergeseran hunian Homo erectus di kearah hilir Sungai Bengawan Solo.

Sejak tahun 2012 sampai tahun 2014, BPSMP Sangiran bekerja sama dengan Puslit Arkenas melakukan kajian manusia purba sepanjang DAS Bengawan Solo. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, mulai dari Medalem sampai Ngandong telah teridentifikasi sebanyak 41 teras purba yang berpotensi mengandung temuan arkeologi terutama fosil dan artefak.

Selain survei, dilakukan pula kegiatan ekskavasi di Situs Matar yang letaknya diseberang Situs Ngandong. Hasil kajian yang didapat, di situs ini menemukan banyak artefak dan fosil fauna namun belum ditemukan fosil manusia. Seluruh hasil kajian ini akan menambah pengetahuan dan informasi tentang manusia purba di sepanjang aliran hilir Bengawan Solo.

MUSEUM TRINIL

Museum Trinil banyak menyimpan fosil – fosil purba seperti tengkorak manusia, gajah serta peralatan – peralatan yang digunakan pada masa manusia purba. Museum Trinil terletak di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kabupaten Ngawi dengan jarak tempuh sekitar 14 km dari Kota Ngawi ke arah barat. Ketika masuk ke area Museum Trinil pengunjung akan disambut dengan gapura museum dengan latar belakang gajah purba.

Patung gajah ini cukup besar dengan gading yang sangat panjang. Anatomi gajah ini memiliki kemiripan dengan mammoth namun tanpa bulu. Di belakang pendopo terdapat tanaman hias dan beberapa pohon. Pada belakang taman terdapat monumen penemuan Pithecantropus erectus oleh Eugene Dubois. Pada monumen itu tertulis “P.e. 175 cm (gambar anak panah), 1891/95”. Tulisan tersebut bermaksud Pithecantropus erectus (P.e.) ditemukan sekitar 175 meter dari monumen tersebut.

Terdapat beberapa bangunan di Museum Trinil. Salah satunya adalah pendopo (gazebo) yang terletak di tengah area dan ruang – ruang situs purba yang dapat digunakan pengunjung untuk beristirahat. Pada ruang situs purba terdapat dua pintu masuk yaitu bagian depan dan samping. Pada bagaian depan pintu masuk terdapat ornamen gading stegodon yang akan menyambut anda.

Menurut penelitian, Situs Trinil merupakan salah satu tempat hunian manusia purba pada zaman Pleistosen Tengah sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Sesampainya di dalam museum, pengunjung dapat menggali informasi lebih jauh dengan melihat koleksi fosil yang berjumlah 1.200 yang terdiri dari 130 jenis.

Didalam museum dipamerkan replika manusia purba berupa replika dari Pithecantropus erectus yang ditemukan di Trinil (Ngawi) serta fosil yang berasal dari Afrika (Australopithecus Africanus) dan Jerman (Homo Neanderthalensis). Koleksi lain yang terdapat di Museum Trinil yaitu fosil tengkorak manusia purba yang ditata dengan penjelasan mengenai penyebarannya di dunia, kemudian fosil gading stegodon dan kerbau purba.

Belum ada Komentar untuk "Kisah Asal usul Terbentuknya Sungai Bengawan Solo, Pulau Jawa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel